Ada Aku Di sini

Ganis Heryanto
3 min readNov 5, 2023

Ini bukan judul lagu dari seorang penyanyi reggae, ini tentang pentingnya hidup seseorang yang ada pada kehidupan kita. Aku akan bercerita kepada kalian, bagaimana hidup seseorang sangatlah berarti, berharga, dan tidak bisa terlupakan setiap bentuk, lekuk, tekuk dari tubuh dan wajahnya.

Aku mengenal seseorang yang pantas ku sebut dengan sahabat, bisa juga saudara karena saking dekatnya hubungan ku dengan orang ini, sebut saja namanya Dompet. Dompet selalu bersamaku, hampir setiap hari, setiap jam, menit, hingga detik, sampai-sampai aku tidak mau meninggalkannya, begitupun jugadia, tidak akan pernah mau meninggalkan ku barang sebentar saja. Tak kusangka juga, Dompet selalu hadir dalam sepi dan sedih ku, terkadang membuat ku senang, bahagia, marah, hingga dendam. Pasti kalian tahu, bahwa setiap apapun yang biasa menemani kita, maka harus terima keadaan kita dari segi apapun, tapi aku pemaaf ketika Dompet pada akhirnya bilang “aku salah, aku minta maaf, tolong maafkan aku”, tentu saja aku menjawab dengan sumringah “ya aku maafkan, Dom”. Ya walaupun lebih sering aku membuat kesalahan pada Dompet, tapi tentu saja ia mau memaafkan aku dengan wajah yang manis.

Dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta, aku selalu membuat diriku agar bisa dicintainya dan dia bisa mencintaiku dengan lapang dada, walaupun terkadang perilaku ku padanya membuat ia menangis tak kunjung sudah. Hal-hal yang membuat dia marah adalah ketika aku membuka “pakaiannya”, sampai tak tersisa, ini yang aku suka. Walaupun ia marah sampai ingin menghajarku, tapi tetap saja aku suka membuka “pakaiannya” dan ia tetap dengan nyerocosnya yang tak karuan.

Tapi aku tidak bersamanya lagi ketika pemikiranku sudah matang, ya matang seperti mi instan yang enak sampai bisa disebut “nah ini sudah matang namanya”. Aku akhirnya mengetahui bahwa Dompet hanya membuatku sering bersedih, entah aku yang sering salah padanya atau memang ia membuat hidupku jadi malapetaka, aku sama sekali tak bisa berpikir keras. Sampai pada titik lelahku, aku memutuskan untuk tidak terlalu dekat lagi dengan Dompet, dari Dompet aku menjadi sering marah-marah, pelit, dan tak mau berbagi kepada orang terdekat ku. Dompet membuatku jadi lupa diri, siapa aku ini. Hingga membuatku lupa bahwa Dompet telah menyetirku selama ini. Cukup gila, bukan?

Ku telah memutuskan dengan segala pilihan, pemikiran, dan kebodohan yang telah ku buat selama ini. Aku akan terus bersama Dompet tapi tidak seperti dahulu, aku akan mencintainya tapi tidak seperti yang lalu, aku akan menjaga jarak agar tak merasa dikhianati. Satu hal yang harus aku ketahui bahwa, Dompet bisa membuatku bahagia dikala aku sedang kesulitan, ia selalu membantuku sekuat tenaga, mungkin sampai tenaganya kehabisan hingga ia menjadi kurus kering, kerempeng dan hingga disebut oleh tetanggaku adalah “peci hitam Pak Presiden”, ini membuat sahabatku menjadi sakit hati tapi aku sering menenangkan dia akan sindirian ini, bahwa dia tetaplah sahabatku yang paling aku cinta tapi tidak seperti dahulu. Sedih.

Terima kasih Dompet yang telah bersamaku terus menerus hingga aku sekarang lebih betah di rumah daripada di kantor, karena kantor telah memecatku dengan dalih aku tidak bisa bekerja sama dengan tim ku, ah sial. Memang benar hanya kau yang setia bersamaku, Dom. Walaupun tidak setiap hari kau tidak bersamaku, setidaknya ada waktu dalam seminggu kita bisa bertemu dan bersenda gurau, bercanda riang, hingga kembali dalam diam, kita berpisah, aku di kamarku, kau ditempat yang seharusnya.

Setiap bangun dari tidur aku berharap kita bisa terus menerus bersama hingga akhir hayat walaupun tidak seperti waktu itu lagi, tapi aku berharap semoga kamu selalu ada setiap aku membutuhkanmu, seperti kita dahulu. Ah sial aku bicara apa ini, bolak balik terus! Nyatanya aku tidak bisa jauh dari Dompet, seperti ada lem perekat antara kita berdua bak saudara kandung. Selamat jalan Dom, selamat jalan kehidupan yang memuakkan!

--

--